Banner Besar filzahalwa

Dari Utara ke Selatan: Perjalanan Menuju Pantai Ngliyep

Dari Utara ke Selatan: Perjalanan Menuju Pantai Ngliyep

Pantai selatan selalu menggelitik para wisatawan untuk berkunjung. Salah satu yang menarik perhatianku dan teman-temanku adalah Pantai Ngliyep yang terletak di Kabupaten Malang. Meskipun rombongan kami berasal dari Lamongan yang berada di pantai utara Jawa, nggak menyurutkan kami untuk bertandang ke pantai selatan dengan mitos yang masih kental ini.

Iya, betul. Salah satu pantai di Malang ini masih mengandung kepercayaan yang masih mengakar seperti kebanyakan pantai selatan. So, gimana perjalanan kami menuju selatan Pulau Jawa ini? Seberapa cantik sih panorama yang dimiliki Pantai Ngliyep?

Persiapan dan Perjalanan dari Utara Jawa Menuju Selatan Jawa

Jujur, sebelum berangkat aku udah mikir judul buat artikel ini. Udah bayangin nih, “Wah, ini dari judul aja keliatan capek banget.” Gimana nggak capek, dari ujung utara ke ujung selatan yang jauhnya minta ampun.

Tapi, setelah sampai di kawasan Pantai Ngliyep, rasa capek mikir judul dan perjalanan kurang lebih 6 jam terbayarkan. Dari deretan pegunungan dan perbukitan membentang yang kami lewati sebelum memasuki area pantai, terlihat hamparan laut biru yang beda jauh dengan pantai utara.

Pantai di utara Pulau Jawa tuh entah kenapa nggak sebiru pantai selatan. Airnya butek alias nggak jernih. Beda banget sama pantai selatan. Itulah salah satu alasan kami rela datang jauh-jauh ke pesisir selatan, meski sama-sama pantai tapi vibes yang didapatkan di pantai selatan tuh beda.

1. Rencana dan Persiapan Perjalanan

Rencana berlibur ini udah lama sebenarnya, dari Desember tahun 2024 kami mulai menyusun rencana untuk mengunjungi kota apel ini. Setelah mencocokkan jadwal satu sama lain dan menghitung perkiraan apakah tabungan berlibur udah cukup atau belum, kami pun memutuskan untuk merealisasikannya setelah Hari Raya Idul Fitri, dan dipililah tanggal 22 April kemarin.

Rapat kecil-kecilan digelar di sebuah coffee shop di sudut Kabupaten Lamongan untuk membahas itinerary. Karena satu dan lain hal, kami memutuskan untuk mengubah rencana awal yang seharusnya menginap di villa jadi tektok alias pulang pergi dalam waktu satu hari.

Nge-grill diputuskan sebagai agenda utama dan dipilihlah Pantai Ngliyep sebagai destinasi utama, Coban Rondo destinasi kedua, pusat oleh-oleh destinasi wajib dan Alun-alun Kota Batu sebagai opsi cadangan. Apakah terealisasi semua?

Dari Utara ke Selatan: Perjalanan Menuju Pantai Ngliyep
Nge-grill di Pantai Ngliyep

Salah seorang teman yang bertindak sebagai ‘chef’ pun mulai membagi barang apa aja yang akan dibawa. Mulai dari daging, persosisan, sayuran, saos-saosan, hingga perlengkapan seperti tikar dan kompor. Dan tibalah tanggal 22 April pukul 2 dini hari yang menandakan waktu keberangkatan telah tiba.

2.  Destinasi yang Dituju

Jadi, dari keempat pilihan destinasi yang udah ditetapkan apakah terealisasi semuanya? Dengan waktu yang sangat terbatas tentu saja tidak, gengs! Hanya 3 dari 4 opsi yang kami sambangi dengan 1 tempat wisata pilihan dadakan.

Kembali ke cerita awal perjalanan. Aku berangkat dari rumah pukul 1.45 dini hari. Setelah pasukan hampir lengkap, kami meluncur menuju Surabaya untuk menjemput salah seorang teman yang bekerja di kota pahlawan tersebut. 

Entahlah, sampai di Surabaya pukul berapa. Aku udah sibuk bergelung dengan selimut Hello Kitty-ku akibat udara dingin yang nggak bersahabat dengan ku. 

Saat sampai di Rest Area Travoy 66 A Pandaan-Malang, waktu udah berputar ke pukul 5 pagi. Kami berhenti untuk menunaikan salat Subuh dan beristirahat sejenak. Sunrise-nya buwagus pol, karena rest area ini berada di ketinggian, jadi nyesel nggak bawa hp waktu turun dari mobil.

Tapi, penyesalan tersebut nggak berlarut karena terbayarkan dengan keindahan arsitektur masjid serta pemandangan gunung yang berada persis di pelataran masjid. Kalo nggak salah gunung Arjuno, kalo ada yang tau plisss tulis di komen, ya!

Singkat cerita, di pukul 8 pagi, kami pun sampai di Pantai Ngliyep. Agaknya kami datang kepagian karena loket tiket pun belum buka, wkwk. Bersih-bersih, touch up make up dan persiapan bakar-bakaran adalah agenda kami begitu sampai.

Dan seperti yang udah dibayangkan, makanan yang dibawa kebanyakan sampai nyisa banyak. Akhirnya dibungkus lagi untuk dimakan di perjalanan menuju destinasi selanjutnya.

11.30 siang, kami bertolak dari pantai cantik ini menuju ke Coban Rondo. Tapi, karena perjalanan yang sangat memakan waktu, salah satu air terjun terkenal di Malang ini pun terpaksa kami skip dari daftar perjalanan.

Gimana enggak, pukul 2.30 WIB kami baru selesai salat Zuhur dan akan keluar dari daerah Gondanglegi, dan untuk ke lokasi dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Sedangkan Coban Rondo tutup pukul 17.00 WIB. Kesana pun percuma, mau liat petugas bersih-bersih?

Diputuskanlah untuk berbelok ke Bukit Paralayang yang terletak di Kota Batu. Lagi-lagi keberuntungan belum berpihak pada kami. Waktu naik, matahari masih terlihat, harapan cosplay jadi anak senja di atas bukit ini pun masih membumbung tinggi.

Waktu sampai tempat parkir, ternyata kabut tebal turun, menghalangi pandangan dan menyebabkan suhu turun drastis. Selain kedinginan, kami pun kecewa, gengs. Tiket 25 ribu per orang pun melayang dengan sia-sia!

Karena lapar, kami memutuskan menuju ke Alun-alun Kota Batu untuk mencari makan malam dan menunaikan ibadah salat Maghrib. Bakso Malang menjadi tujuan kami, sayangnya aku lupa untuk mendokumentasikan bakso murah ini.

Padahal di kota, dengan harga 16 ribu semangkuk udah dapet pentol 3 biji (kalo nggak salah inget), 1 siomay, 1 tahu goreng dan 1 keripik. Wareg tenan, rek!

Dan destinasi terakhir dari perjalanan panjang ini adalah Pasar Lawang yang terletak di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Muter lagi kita ke Malang, ahaha. Bukan karena nggak mau menghemat BBM, pasar ini dipilih karena lengkap.

Jajanan ada, buah ada, sayuran ada, bumbu ada, sampai baju pun ada.

3.  Lika-liku Menuju Kabupaten Malang

Nggak ada perjalanan yang mulus, ada aja bumbu-bumbu nggak enak yang menghiasi liburan kami. Dimulai dari ayah dari teman yang bertugas sebagai pengemudi mobil tiba-tiba sakit saat hari H, mobil diserempet emak-emak di perempatan, hingga kabut yang turun saat di Paralayang. 

Bahkan, keesokannya, tiba-tiba ada notifikasi dari grup chat “Ada yang liat celana coklat ku nggak?” Entahlah ketinggalan dimana celana tersebut. Aku sendiri kelupaan belanja apel untuk para bocil di rumah. Mereka kecewa kakaknya pulang bawa ubi sama sayur, wkwkwk. 

Dari Utara ke Selatan: Perjalanan Menuju Pantai Ngliyep
Kabut di Bukit Paralayang

Menyusuri Keindahan Pantai Ngliyep

Kesan pertama saat memasuki daerah pantai adalah air birunya yang begitu menarik perhatian. Maklum, biasa liat air butek di pantai utara jadi liat laut biru ya agak norak. 

Sebelum masuk ke daerah pantai, jalanan yang dilewati cukup menanjak, saat jalanan mulai menurun tersaji pemandangan laut dari ketinggian yang memukau banget. Biru airnya, deburan ombaknya, pasir putihnya. Sungguh indah ciptaan Tuhan. 

Dari Utara ke Selatan: Perjalanan Menuju Pantai Ngliyep

Salah satu hal yang paling kusuka dari pantai ini adalah kesan “privat” yang ada di beberapa titik. Diantara pasir pantainya, terdapat beberapa bukit yang seakan menjadi penyekat. Seperti pada foto di atas.

Bukit-pantai-bukit-pantai gitu susunannya. Jadi berasa pantai pribadi.

Karena pantai selatan langsung berhadapan dengan samudera, ombak yang dihasilkan cukup mengerikan namun memukau. Sangat kontras dengan ombak di laut utara yang relatif tenang.

Pasir pantainya lembuuut banget sampai ambles saat dipijak. Di beberapa titik, pasirnya cukup curam. Sedangkan pasir pantai di sekitar jembatan menuju Gunung Kombang, pasirnya cukup landai. Buat kalian yang mau kesini disarankan hati-hati saat turun ke bibir pantai.

Di salah satu bukit, yang dinamakan dengan Gunung Kombang yang telah di-mention diatas, terdapat pura yang menjadi lokasi pelaksanaan ritual Labuhan atau Larungan yang diadakan setiap tanggal 14 bulan Rabiul Awal. 

Upacara ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan. Masyarakat akan menyembelih sapi atau kambing yang nantinya akan ditebarkan di laut. 

Gunung Kombang dipercaya sebagai pertapaan Nyi Roro Kidul sebelum mendapatkan kekuasaan. Percaya nggak percaya, saat berkunjung kesana kita harus menghormati kepercayaan tersebut, gengs. 

Karena seperti kata pepatah “Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung”. Di mana kita berpijak, kita harus menghormati aturan, adat istiadat serta norma-norma yang berlaku. 

Wisatawan yang ingin naik ke Gunung Kombang boleh banget. Nggak jauh kok, tenang aja. Ngos-ngosan dikit buat yang jarang olahraga, kayak aku ehehehe. 

Pemandangan laut biru dari atas bukit semakin menawan dan dipadukan dengan biru nya laut, serta bebatuan besar yang menjadi pemecah ombak. 

“Eh, warnanya kayak gudir (agar-agar)” adalah hal pertama yang aku pikirkan. Memang se-clear itu warnanya. Apalagi di beberapa titik, terdapat perpaduan beberapa warna, yakni biru muda dan biru tua, serta warna putih dari pecahan ombak. 

Tidak hanya menikmati pasir pantainya, kalian juga bisa berkemah disini. Untuk informasi harga penyewaan tenda, mohon maaf banget aku nggak tau. Waktu kesana nggak keliling lebih jauh lagi. 

Terakhir nih, buat kalian yang suka sunset maupun sunrise, boleh banget berkunjung ke pantai ini sampai malam ataupun kesini dini hari. Entar kalo kemalaman dikunciin? Tenang, nggak ada pagar, nggak ada gerbang, aman dari drama kekunci, nggak bisa keluar, atau diburu-buru pihak pengelola untuk segera meninggalkan tempat wisata. 

Lokasi dan Rute

Pantai Ngliyep berlokasi di Desa Kedungsalam, Donomulyo, Malang. Dari pusat kota, pantai ini berjarak 65 km dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. 

Jalan menuju pantai ini cukup mudah karena telah diaspal. Baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, kalian dapat memilih sesuka hati. 

Jika kalian naik ke kendaraan umum, kalian dapat memilih angkutan umum dengan kode GN1 atau GN2 dari arah Kepanjen atau Karangkates. 

Kalau naik kendaraan pribadi? Kalian dapat memanfaatkan Google Maps, karena aku sendiripun kurang tau rutenya, ehehehe. Saat kesana rombongan kami juga pakai Google Maps kok, gengs, aman damai sampai bisa nulis artikel ini.

Informasi Tambahan

  1. Fasilitas: Toilet, musholla, kios makanan, toko cinderamata, penyewaan tenda
  2. HTM: 15.000/orang, parkir mobil 10.000, parkir motor 5.000
  3. Jam buka: 24 jam

Penutup

Udah tertarik mengunjungi Pantai Ngliyep belum, gengs? Cantik banget ‘kan? Jadi pengen kesana lagi deh. Sampai jumpa di artikel wisata berikutnya!

Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Jika ada komentar yang berisi link hidup, mohon maaf komentar akan kami hapus. Berkomentarlah dengan bijak, ya!